nama : Abd Wahed
nama cantik : nefropati
MITOS PENYAKIT DIABETES
Siapa sih yang tidak
mengetahui bahaya penyakit diabetes? Rasanya dewasa ini masyarakat Indonesia
sudah paham akan dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit yang satu ini.
Sayangnya, meski
begitu, adanya mitos yang berkembang di tengah masyarakat tidak sedikit yang
menimbulkan kesalah pahaman. Ujung-ujungnya, mitos yang beredar justru
menciptakan gambaran diabetes yang tidak akurat dan penuh dengan stereotipe dan
stigma.
Salah satunya yang
paling umum didengar adalah larangan mengkonsumsi gula sama sekali bagi
diabetesi. Padahal fakta yang benar seprti itu, dimana diabetesi harus
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti coklat dan
permen. Namun mereka masih dapat menikmati dessert selayaknya orang normal asal
dengan porsi yang terkontrol.
Mitos lain yang
sering ditemukan juga menyebutkan bahwa diabetesi mudah terserang penyakit dan
cenderung berumur pendek dibandingkan penyakit lainnya karena dampak komplikasi
yang menyertai diabetes. Faktanya, apabila diabetes dikelola dengan baik dan
kadar gula darah dijaga mendekati ideal, diabetisi bisa hidup normal. Bahkan
dapat melakukan berbagai aktivitas yang sering dianggap tidak mungkin bagi
orang lain seperti mendaki gunung, bermain ski, menyelam, atau yang lainnya.
Berikut ini adalah
beberapa mitos dan fakta keliru tentang penyakit diabetes. Mitos diabetes
yang berkembang memang banyak, informasi yang dirangkum dari berbagai sumber:
Mitos: Diabetes bukan penyakit
yang serius.
Fakta: Dalam satu tahun, diabetes
menyebabkan kematian lebih banyak daripada kanker payudara yang digabungkan
dengan AIDS. Dua dari tiga penderita diabetes meninggal karena penyakit jantung
atau stroke.
Mitos: Jika Anda kelebihan
berat badan atau obesitas, Anda berisiko terkena diabetes tipe 2.
Fakta: Kelebihan berat badan merupakan
faktor risiko menjadi penyakit ini, tetapi faktor risiko lain seperti sejarah
keluarga, etnis dan usia juga berperan. Sayangnya, terlalu banyak orang
mengabaikan faktor-faktor risiko lain untuk diabetes dan berpikir hanya berat
badan yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya diabetes tipe 2. Padahal,
kebanyakan orang kelebihan berat badan tidak terkena diabetes tipe 2, dan
banyak orang dengan diabetes tipe 2 berada pada berat badan normal.
Mitos: Makan terlalu banyak
gula menyebabkan diabetes.
Fakta: Tidak! Diabetes tipe 1
disebabkan faktor genetik dan tidak diketahui yang memicu timbulnya penyakit
in, sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan faktor genetik dan gaya hidup.
Kelebihan berat badan tidak meningkatkan risiko Anda ke arah diabetes tipe 2,
dan pola makan tinggi kalori -baik dari gula atau lemak dapat berkontribusi
terhadap berat badan. Jika Anda memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, maka
pola makan sehat dan olahraga teratur sangat dianjurkan untuk mengelola berat
badan Anda.
Mitos: Orang dengan diabetes
harus makan makanan khusus untuk diabetes.
Fakta: Diet untuk penderita diabetes
umumnya sama dengan untuk orang sehat, yaitu rendah lemak (terutama lemak jenuh
dan lemak trans), moderat dalam penggunaan garam dan gula, dan makanan
berdasarkan karbohidat kompleks, sayuran dan buah.
Mitos: Penderita diabetes
hanya boleh mengonsumsi makanan bertepung, seperti roti, kentang dan pasta,
dalam jumlah sedikit.
Fakta: Roti gandum utuh, sereal,
pasta, nasi dan tepung dari kentang, ubi jalar, kacang polong dan jagung dapat
dimasukkan dalam menu makanan utama dan makanan selingan Anda. Kuncinya, ukuran
porsi. Tanyakan pada ahli gizi Anda berapa kebutuhan karbohidrat Anda per hari,
karena tiap individu penderita diabetes mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Mitos: Penderita diabetes
tidak boleh makan permen atau cokelat.
Fakta: Jika dikonsumsi sebagai bagian
dari rencana makan sehat Anda atau dikombinasikan dengan olahraga, permen dan
makanan penutup dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes. Makanan seperti ini
sebenarnya sama "terlarangnya" atau sebaiknya dibatasi bagi orang
sehat seperti halnya penderita diabetes.
Mitos: Anda bisa tertular
diabetes dari orang lain.
Fakta: Tidak! Diabetes tidak menular
seperti pilek atau flu. Diabetes lebih disebabkan faktor genetik, meski pada
diabetes tipe 2 dipengaruhi juga gaya hidup yang kurang sehat, seperti
mengonsumsi makanan tinggi kalori serta kurang bergerak.
Mitos: Orang dengan diabetes
lebih mudah terkena pilek dan penyakit lainnya.
Fakta: Kemungkinan orang yang diabetes
terkena pilek atau penyakit lain sama saja dengan orang sehat. Namun, orang
dengan diabetes memang disarankan mendapat vaksinasi flu, karena bila terkena
flu lebih rentan terjadi komplikasi.
Mitos: Jika dokter mengatakan
pada Anda yang memiliki diabetes tipe 2 harus mulai menggunakan insulin, itu
artinya Anda telah gagal mengelola diabetes Anda.
Fakta: Bagi kebanyakan orang, diabetes
tipe 2 adalah penyakit progresif. Ketika pertama kali didiagnosis, banyak orang
dengan diabetes tipe 2 dapat menjaga glukosa darah mereka pada tingkat yang
sehat dengan obat-obatan oral. Namun seiring waktu, tubuh secara bertahap
kurang menghasilkan insulin, dan obat oral pun tidak cukup untuk menjaga kadar
glukosa darah normal. Menggunakan insulin untuk mendapatkan kadar glukosa darah
yang sehat adalah hal yang baik, bukan hal yang buruk.
Mitos: Penderita diabetes
boleh makan buah sebanyak-banyaknya.
Fakta: Buah adalah makanan sehat,
mengandung serat dan banyak vitamin serta mineral. Namun, karena buah juga
mengandung karbohidrat, maka tetap harus dimasukkan dalam rencana makan sehat
Anda. Bicaralah dengan ahli gizi mengenai jumlah, frekuensi dan jenis buah yang
Anda harus makan.
Mitos : Diabetes diturunkan
menyilang, dari ibu ke anak lelakinya, atau dari ayah ke anak perempuannya.
Faktanya: Punya riwayat keluarga
menderita diabetes memang menaikkan resiko diabetes. Tetapi, punya golongan
darah yang sama dengan ayah belum tentu membuat Anda otomatis terkena diabetes.
Demikian juga diabetes yang ditularkan secara menyilang hanya mitos. Terkena
diabetes atau tidak itu tergantung pola makan dan gaya hidup. Kalau gaya hidup
yang diikuti sehat, risiko diabetes dapat dihindari.
Mitos : Diabetes itu penyakit
orang tua
Faktanya: Diabetes yang diderita orang
tua berlaku untuk diabetes tipe 2, karena pada umumnya dijumpai pada orang
dewasa. Tapi, kini semakin banyak anak dan remaja yang didiagnosis menderita
diabetes tipe 2 terutama mereka yang mengalami kelebihan berat badan. Diabetes
bisa menimpa usia berapa saja, meski paling banyak menimpa orang berusia di
atas 40 tahun. Namun, karena perubahan gaya hidup modern yang kurang sehat
membuat prevalensi penderita diabetes berusia 20 tahun atau 30 tahun.
Mitos : Sering makan manis
menyebabkan diabetes
Faktanya : Diabetes tipe I disebabkan
faktor genetik dan masih terus diteliti pemicunya. Sedangkan diabetes tipe 2
disebabkan faktor genetik yang dipicu gaya hidup tidak sehat. Diabetes tipe 1
disebabkan oleh kerusakan sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin, yang
tidak berhubungan dengan konsumsi gula. Diet tinggi kalori, baik dari gula atau
dari lemak, dapat meningkatkan berat badan yang pada akhirnya meningkatkan
resiko terkena diabetes tipe 2.
Mitos : Penyandang diabetes
harus berhenti total konsumsi gula
Faktanya: Jika dikonsumsi sebagai
bagian dari rencana diet yang sehat atau dikombinasikan dengan olahraga,
makanan dan minuman manis boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes. Namun,
meski bukan pantangan, penderita diabetes tetap perlu membatasi makanan minuman
yang manis. Untuk menjaga glukosa darah, makanan atau minuman yang manis
sebaiknya dikonsumsi setelah makanan rendah karbohidrat, itupun dibatasi.
Kemudian, jangan lupa lakukan cek gula darah untuk memonitor perubahan glukosa
tubuh.
Mitos : Diabetes bisa sembuh
Faktanya: Kadangkala individu mengira
bahwa gula darah yang selalu stabil dan normal dalam jangka waktu lama,
dianggap diabetesnya sembuh. Padahal, gangguan fungsi pankreas sifatnya
permanen dan irreversible. Diabetes memang tidak dapat disembuhkan, namun
dengan pengelolaan yang baik maka gula darah dapat dijaga tetap normal. Gula
darah yang dijaga dalam batas normal membuat penyandang diabetes tidak berbeda
sama sekali dengan orang sehat, serta menjauhkan diabetisi dari resiiko
komplikasi.
Mitos : Obat tradisional lebih
baik dari obat dokter
Faktanya: Beda obat tradisional dengan
obat medis yang paling mencolok adalah adanya bukti penelitian klinis atau
tidak. Setiap obat modern yang beredar di pasaran telah melewati fase uji
klinis. Berbeda obat tradisional umumnya tidak mengalami fase uji klinis,
sehingga belum diketahui secara ilmiah dampaknya bagi manusia.
Mitos : Penyandang diabetes
tidak perlu alat ukur khusus
Faktanya: Gejala seseorang yang
mengalami gula darah tinggi atau hiperglikemia bisa jadi dirasakan. Namun,
justru banyak pula pasien diabetes melaporkan mereka tidak menyadari sama
sekali. Jika tidak diukur, kondisi hiperglikemia ekstrim berpotensi menimbulkan
ketoasidosis yang bisa mengakibatkan koma pada pasien.
Mitos : Diabetes bikin umur
pendek
Faktanya: Orang dengan diabetes memang
disarankan mendapat vaksinasi flu. Hal ini dikarenakan penyakit apapun yang
menimbulkan infeksi, bisa menyebabkan diabetes lebih sulit dikontrol. Sehingga
lebih rawan untuk mengalami hiperglikemia yang bisa memacu perkembangan
komplikasi serius. Dengan pola makan dan gaya hidup sehat, penyandang
diabetes bisa mengurangi risiko terkena berbagai macam penyakit.
Mitos : Pakai insulin,
diabetes berarti sudah parah
Faktanya: Hal ini hanya berlaku untuk
pasien diabetes tipe I. Untuk penderita diabetes tipe II, biasanya dapat
menjaga glukosa darah dengan menjaga pola makan dan berolahraga. Apabila itu
tidak cukup, dokter menyarankan pasien untuk mengonsumsi obat oral penurun
glukosa. Seiring waktu, tubuh pasien bertahap menghasilkan insulin lebih sedikit
dan akhirnya obat-obatan tidak cukup menjaga kadar glukosa darah yang normal.
Suntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah ke tingkat
normal.
Mitos : Yang paling penting
menjaga gula darah puasa
Faktanya: Gula darah tinggi baik sebelum
atau sesudah makan sama bahayanya untuk jangka panjang. Gula darah yang tinggi
sesudah makan merupakan pemicu utama bagi timbulnya komplikasi makrovaskuler
(gangguan jantung dan pembuluh darah). Banyak penyandang diabetes meninggal
karena komplikasi jantung dan pembuluh darah.
Mitos : Diabetes tidak sepenuhnya
mengerti makanan
Fakta : Terlalu
banyak mengonsumi makanan yang mengandung gula tak melulu dapat dijadikan
penyebab utama seseorang terkena penyakit ini. Kelebihan berat badan, menjalani
gaya hidup yang tak sehat, dan riwayat keturunan, justru lebih berpotensi mampu
menaikan gula darah.
Oleh karena itu,
tak menjadi masalah jika Anda makan sering dengan porsi kecil, ditambah dengan
menjaga berat badan dan berolahraga secara teratur, serta pemeriksaan mandiri.
Tentunya semua
hal tersebut dapat membantu Anda melihat tingkat gula darah dalam tubuh Anda.
Jika gula darah mulai tinggi, Anda dapat mengonsultasikan diri ke dokter untuk
pengobatan lebih lanjut.
Mitos : Diabetes tak boleh makan
makanan favoritnya
Kuncinya hanya
satu, yaitu moderasi atau pengaturan. Cobalah untuk mengubah proses penyajian
makanan favorit Anda. Misalnya Anda sangat menyukai gorengan, Anda dapat
mengganti minyak goreng dengan minyak zaitun.
Minyak ini
selain rendah lemak jenuh juga baik untuk jantung. Disamping itu, Anda juga
dapat mengurangi porsi pada makanan favorit Anda.
Mitos : Tidak boleh mengonsumsi
makanan yang mengandung lemak dan gula
Faktanya tak
se-menderita apa yang telah dikatakan orang pada umumnya. Pada setiap makanan,
sertakan sedikitnya 14gr serat untuk tiap 1000kkal yang di konsumsi. Ini dikarenakan,
makanan tinggi serat dapat membantu menurunkan kolesterol darah.
Adapun lemak
yang harus dikurangi seminimal mungkin adalah lemak jenuh yang terdapat pada
daging merah, mentega, dan produk susu, serta kuning telur. Dengan begitu Anda
dapat terhindar peningkatkan kolesterol.
Sumber serat
sederhana dan terbaik ada pada makanan seperti oat, roti gandum, kacang kering,
kacang polong, buah-buahan, serta sayur-sayuran.
Mitos : Jangan mengonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat
Jangan takut
untuk mengonsumi makanan yang mengandung karbohidrat, seperti beras dan
kentang. Faktanya gandum memang lebih disukai karena kandungan seratnya, akan
tetapi beras juga dapat dikonsumsi pula, yaitu mencampurnya dengan sayuran.
Berlawanan
dengan kepercayaan yang telah ada, bahwa karbohidrat harus dihindarkan.
Mengutip Times of India, setidaknya 60 persen kalori dalam tubuh kita harus
berasal dari karbohidrat.
Indeks gula normal harus dipertahankan dengan makan makanan yang mengandung protein dan tinggi serat. Ini dikarenakan indeks gula nantinya akan menunjukkan seberapa cepat dan seberapa tinggi makanan dapat meningkatkan glukosa darah Anda.
MITOS DIABETESIndeks gula normal harus dipertahankan dengan makan makanan yang mengandung protein dan tinggi serat. Ini dikarenakan indeks gula nantinya akan menunjukkan seberapa cepat dan seberapa tinggi makanan dapat meningkatkan glukosa darah Anda.
Siapa sih yang tidak
mengetahui bahaya penyakit diabetes? Rasanya dewasa ini masyarakat Indonesia
sudah paham akan dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit yang satu ini.
Sayangnya, meski
begitu, adanya mitos yang berkembang di tengah masyarakat tidak sedikit yang
menimbulkan kesalah pahaman. Ujung-ujungnya, mitos yang beredar justru
menciptakan gambaran diabetes yang tidak akurat dan penuh dengan stereotipe dan
stigma.
Dalam media edukasi
yang digelar Roche, Rabu (19/9), dengan tema “Perspektif Baru Dalam Diabetes:
Bukan Hanya Urusan Gaya Hidup” dikatakan bahwa selama ini masih banyak
masyarakat yang terjebak akan mitos yang beredar.
Salah satunya yang
paling umum didengar adalah larangan mengkonsumsi gula sama sekali bagi
diabetesi. Padahal fakta yang benar seprti itu, dimana diabetesi harus
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti coklat dan
permen. Namun mereka masih dapat menikmati dessert selayaknya orang normal asal
dengan porsi yang terkontrol.
Mitos lain yang
sering ditemukan juga menyebutkan bahwa diabetesi mudah terserang penyakit dan
cenderung berumur pendek dibandingkan penyakit lainnya karena dampak komplikasi
yang menyertai diabetes. Faktanya, apabila diabetes dikelola dengan baik dan
kadar gula darah dijaga mendekati ideal, diabetisi bisa hidup normal. Bahkan
dapat melakukan berbagai aktivitas yang sering dianggap tidak mungkin bagi
orang lain seperti mendaki gunung, bermain ski, menyelam, atau yang lainnya.
“Pemeriksaan gula
darah mandiri merupakan suatu usaha yang penting dalam pengendalian diabetes.
Dengan melakukannya secara teratur, diabetesi dapat makan dan beraktivits
lainnya seperti biasa. Tapi jangan lupa juga untuk mencatat hasil setiap tes
yang dilakukan kedalam buku catatan gula darah. Data tersebut nantinya akan
sangat berguna sebagai informasi bagi dokter dalam mengambil keputusan medis
maupun merubah pola terapi bagi diabetesi,” jelas dr. Adhiarta, ahli diabetes
dari RS Hasan Sadikin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar